Anda Perlu Tahu!

25 DAFTAR SMA/MA TERBAIK DI PRIANGAN TIMUR

Rabu, 11 Maret 2015

Biografi Singkat WaliSongo

Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkan, Asia Tengah, pada awal abad 14. maulana Malik Ibrahim juga kadang juga disebut Syekh Maghribi dan Kakek Bantal. Ia adalah anak dari Maulana Jumadil Kubro. Maulana Malim Inrahim pernah bermukim di Campa, selama 13 tahun, dan ia menikahi putrid raja yang memberinya 2 putra. Mereka adalah Sunan Ampel dan Raden Santri. Pada tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.
Daerah tujuan utamanya adalah Desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam kekuasaan Majapahit. Aktivitas pertamanya adalah berdagang dengan cara membuka warung. Selain itu, ia juga membuka pengobatan untuk masyarakat secara gratis. Dan ia juga pernah diundang untuk mengobati istri raja. Ia juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Misi utamanya adalah mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat, dan makamnya berada di kampong Gapura, Gresik, Jawa Timur.

Sunan Ampel
Ia putra tertua Maulana Malik Ibrahim, lahir di Campa pada 1401 Masehi. Sunan Ampel masuk Jawa pada tahun 1443M bersama Raden Santri. Sunan Ampel menikah dengan putrid seorang adipati di Tuban, dan di karuniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Kesultanan Demak, Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah Untuk menjadi Sultan Demak pada tahun 1475M.
Di Ampel Denta ia membangun pondok pesantren. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menladi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara dan mancanegara. Sunan Ampel menganut Fiqih mahzab Hanafi. Dialah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh madon, moh maling, moh madat). Yakni seruan untuk tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak berzina, tidak mencuri dan tidak memakai narkoba. Sunan Ampel wafat pada tahun 1481M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel Surabaya.

Sunan Giri
Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri Lahir di Balmbangan (Banyuwangi) pada 1442M. Semasa kecilnya ia pernah di buang oleh keluarga ibunya yaitu Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut oleh Nyai Semboja. Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren Sunan Ampel, Ia sempat berkelana ke Malaka & Pasai.Setelah itu ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa

Sidomukti, selatan Gresik. Pesantren itu berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut juga Giri Kedaton.

Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau. Sunan Giri dikenal karena pengetahuan keagamaannya yang luas dalam ilmu fiqih. Ia juga pencipta karya seni yang luar biasa.

Sunan Bonang

Ia anak Sunan Ampel, nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir pada tahun 1465M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga, sangat toleran pada budaya setempat. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan symbol-simbol Hindu-Budha. Hal itu terliaht dari arsitektur masjid Kudus.

Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tablighnya. Ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan Sapi menjadi simpati. Sunan Kudus juga pernah ikut bertempur saat Demak di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan adipati Jipang, Arya Penangsang.



Sunan Kalijaga

Ia lahir sekitar tahun 1450M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban yang menganut agama Islam. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Sunan Kalijaga pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Ia ikut merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang “tatal” (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam Dakwah, ia punya pola yang sama dengan Sunan Bonang. Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana dakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika di serang pendiriannya. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu-selatan Demak.

Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448M. ibunya adalah Nyai Rara Santang dan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia mendirikan Kesultanan Cirebon atau Kesultanan Pakungwati. Dalam berdakwah, ia mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulanan Hassanudin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten.

Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati menyerahkan kekuasaanya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120tahun, di Cirebon. Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15km sebelum kota Cirebon dari arah barat.

Sunan Drajat

Nama kecilnya adalah Raden Qosim, Ia adalah anak dari Sunan Ampel dan lahir pada tahun 1470M. sunan Drajat mendapat tugas pertama kali dari ayahnya untuk berdakwah ke pesisir Gresik, melalui laut dan setahun kemudian Sunan Drajat berpindah 1km ke selatan dan mendirikan padepokan santri Dalem Duwur. Sunan Drajat secara langsung dan tidak banyak mendekati budaya local, tapi ia tetap menggunakan seni yaitu seni suluk.Sunan Drajat juga dikenal sebagai seorang bersahaja yang suka menolong. Di pondok pesantrennya ia banyak memelihara anak-anak yatim piatu dan fakir miskin.

Sunan Kudus

Nama kecilnya Jafar Sadiq. Ia putra Sunan Ngudung dan Syarifah. Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Cara berdakwahnya sangat toleran pada budaya setempat. Caranya adalah denagn memanfaatkan symbol Hindu-Budha.

Sunan Kudus juga mengubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan demikianlah Sunan Kudus mengikat Masyarakatnya.

Sunan Muria
Ia putra Dewi Saroh dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Gayanya berdakwah banyak mengambil cara ayahnya. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata sekaligus mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut.

Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusinya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Miuria berdakwah di Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinim dan Kinanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar